Tuesday, July 10, 2012

Sabar yang berbuah manis



Dua ekor anjing sama-sama sedang mengais tempat sampah.
“Sobat, pelan dan sabarlah sedikit. Tempat sampah ini jadi berantakan” Ujar si anjing berbulu hitam pekat.
“Tau apa kamu? Sudah berapa hari aku tak makan kenyang!” Jawab si anjing berbulu coklat belang putih. Ia masih terus mengais sampah hingga keluar dari bak sampah.
“Ulah kamu seperti itu, membuat manusia membenci kita!” Ujar si anjing berwarna hitam. Si coklat, menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah si hitam lalu menyalak keras.
“kalau manusia tidak membenci kita? Kenapa aku di buang? Dari kecil aku bersama mereka, aku menjaga rumah mereka, aku menemani anak-anaknya bermain tapi ketika aku tua seperti ini, aku di buang?” Tanya si coklat jengkel. Ia kembali menyalak.

Pahamlah kini si hitam. Pantas si coklat rakus mencari makan. Ia bekas anjing peliharaan. Ia biasa di urus. Saat dilepas di dunia sesungguhnya, ia merasa susah. Si hitam diam dan hanya memperhatikan ulah si coklat. Akhirnya si coklat berhenti mengais.
“Sudah kenyang?” Tanya si hitam
“Mana ada makan makanan sisa kenyang? Dan makanan itu sampah semua!” Jawab si coklat. Si hitam menyalak tinggi, ia tertawa.
“Bagaimana ceritanya kamu sampai dibuang?” Tanya si Hitam
“Ah kamu mau tau saja, kamu sendiri bagaimana bisa ada di jalanan?” tanya si coklat. Si hitam tidak gemuk tapi terlihat kekar. Si Hitam juga terlihat lebih santai namun waspada. Tiba-tiba keduanya medengar suara mengganggu. Telinga keduanya berdiri dan bersiaga. Truk pengangkut sampah  mendekat. Si Hitam berlari menjauh, si Coklat mengikuti.

“Mereka akan memukul atau menendang kita, kalau melihat bak sampah itu berantakan!’ Ujar si Hitam menjelaskan.
“Aku lapar!’ Keluh si Coklat.
“Asal kau berjanji tidak macem-macem, aku akan mengajakmu ke satu tempat. Pemiliknya sangat baik, bila melihatku biasanya ia memanggil dan memberiku makanan”. Ujar si Hitam
“Sungguh? Masih ada manusia yang baik?” tanya si Coklat takjub.
“Manusia tidak ada bedanya dengan kita. Ada yang baik dan ada yang jahat!” Jawab Si Hitam.
Kedua ekor anjing jalan berdampingan, mendekati sebuah rumah mungil berhalaman luas. Si Hitam menggoyangkan pagar dengan tubuhnya lalu duduk di depan pagar menghadap ke rumah. Tak lama keluar seorang perempuan paruh baya, membawa wadah plastik.
“Darimana saja kamu?” Tanya si ibu. Si Hitam tak menyalak hanya mengoyang-goyangkan ekornya. Si Coklat mendekat, menyalak kecil.
“Kamu mengajak kawan? Tunggu saya ambil lagi.’ Ujar si ibu. Setelah meletakan wadah platik di hadapan si Hitam, si ibu berjalan masuk dan membiarkan pintu pagar terbuka. Si Coklat menatap si Hitam.
“Jangan coba-coba masuk. Tempat kita di sini’.Ujar Si Hitam. Si coklat mundur menjauh. Si ibu muncul kembali membawa tempat serupa dengan yang diberikan pada si Hitam. Isinyapun sama. Si Coklat masih ragu mendekat walau si ibu sudah menyodorkan wadah plastik. Kuping Hitam dan Coklat kembali tegak berdiri, ada suara dan aroma jahat tercium.

Sebuah sepeda motor yang dinaiki dua orang berhenti. Yang satu turun dan berbicara sesuatu pada si ibu, tau-tau ia menodongkan pisau.
Hitam waspada dan langsung tahu, si ibu terancam. Tanpa berpikir panjang ia menerjang si penodong dan menggigit tangan yang memegang pisau. Si Coklat menyalak kuat hingga ribut dan mengundang perhatian. Pengemudi motor berusaha melarikan diri tapi truk sampah sudah menghalangi. Si Coklat mengigit celana kaki pengemudi motor.

Petugas pengangkut sampah dan masyarakat mengerumuni keramaian kecil. Si ibu masih syok sementara kedua laki-laki penjahat diam tak berkutik. Dua anjing liar berjaga dengan waspada.
“Ini anjing-anjing ibu?” Tanya petugas sampah. Si ibu diam dan memandang ke arah Hitam dan Coklat yang masih waspada.
“Ya, keduanya peliharaan saya!’ Jawab si ibu.
“Ibu tidak apa-apa? Baiknya ibu masuk juga ajak anjing-anjing ini agar jangan main jauh-jauh. Biarlah kedua bajingan ini kita gelandang ke rumah pak RT.” Ujar petugas sampah sambil menendang salah satu  penjahat yang masih terduduk dan menahan sakit pada tangan yang digigit si Hitam.

Si ibu mengucapkan terima kasih, mengangkat kedua wadah plastik , mengajak Hitam dan Coklat masuk.
“Terima kasih, kalian sudah menjagaku!’ Ujar si ibu sambil duduk di lantai teras. Hitam dan Coklat berbaring dekat si ibu. Coklat menyalak kecil disambut Hitam dengan menyalak juga.
“Apa kataku, masih ada manusia yang baik!’ Ujar Si Hitam
“Kamu benar, tapi aku lapar dan sekarang aku mau makan!’ Jawab si Coklat lalu mendekati wadah plastic yang tadi di bawa si ibu.
“Makanlah, saya masuk dulu. Sekali lagi terima kasih!’ Ujar si Ibu lalu meninggalkan si Hitam dan Si Coklat. Akhir Juni 2012.

No comments: