Dua ekor anjing sama-sama sedang mengais
tempat sampah.
“Sobat, pelan dan sabarlah sedikit.
Tempat sampah ini jadi berantakan” Ujar si anjing berbulu hitam pekat.
“Tau apa kamu? Sudah berapa hari aku tak
makan kenyang!” Jawab si anjing berbulu coklat belang putih. Ia masih terus
mengais sampah hingga keluar dari bak sampah.
“Ulah kamu seperti itu, membuat manusia
membenci kita!” Ujar si anjing berwarna hitam. Si coklat, menghentikan
kegiatannya dan menoleh ke arah si hitam lalu menyalak keras.
“kalau manusia tidak membenci kita?
Kenapa aku di buang? Dari kecil aku bersama mereka, aku menjaga rumah mereka,
aku menemani anak-anaknya bermain tapi ketika aku tua seperti ini, aku di
buang?” Tanya si coklat jengkel. Ia kembali menyalak.
Pahamlah kini si hitam. Pantas si coklat
rakus mencari makan. Ia bekas anjing peliharaan. Ia biasa di urus. Saat dilepas
di dunia sesungguhnya, ia merasa susah. Si hitam diam dan hanya memperhatikan
ulah si coklat. Akhirnya si coklat berhenti mengais.
“Sudah kenyang?” Tanya si hitam
“Mana ada makan makanan sisa kenyang?
Dan makanan itu sampah semua!” Jawab si coklat. Si hitam menyalak tinggi, ia
tertawa.
“Bagaimana ceritanya kamu sampai
dibuang?” Tanya si Hitam
“Ah kamu mau tau saja, kamu sendiri
bagaimana bisa ada di jalanan?” tanya si coklat. Si hitam tidak gemuk tapi
terlihat kekar. Si Hitam juga terlihat lebih santai namun waspada. Tiba-tiba
keduanya medengar suara mengganggu. Telinga keduanya berdiri dan bersiaga. Truk
pengangkut sampah mendekat. Si Hitam
berlari menjauh, si Coklat mengikuti.
“Mereka akan memukul atau menendang
kita, kalau melihat bak sampah itu berantakan!’ Ujar si Hitam menjelaskan.
“Aku lapar!’ Keluh si Coklat.
“Asal kau berjanji tidak macem-macem,
aku akan mengajakmu ke satu tempat. Pemiliknya sangat baik, bila melihatku
biasanya ia memanggil dan memberiku makanan”. Ujar si Hitam
“Sungguh? Masih ada manusia yang baik?”
tanya si Coklat takjub.
“Manusia tidak ada bedanya dengan kita.
Ada yang baik dan ada yang jahat!” Jawab Si Hitam.
Kedua ekor anjing jalan berdampingan,
mendekati sebuah rumah mungil berhalaman luas. Si Hitam menggoyangkan pagar
dengan tubuhnya lalu duduk di depan pagar menghadap ke rumah. Tak lama keluar
seorang perempuan paruh baya, membawa wadah plastik.
“Darimana saja kamu?” Tanya si ibu. Si
Hitam tak menyalak hanya mengoyang-goyangkan ekornya. Si Coklat mendekat,
menyalak kecil.
“Kamu mengajak kawan? Tunggu saya ambil
lagi.’ Ujar si ibu. Setelah meletakan wadah platik di hadapan si Hitam, si ibu
berjalan masuk dan membiarkan pintu pagar terbuka. Si Coklat menatap si Hitam.
“Jangan coba-coba masuk. Tempat kita di
sini’.Ujar Si Hitam. Si coklat mundur menjauh. Si ibu muncul kembali membawa
tempat serupa dengan yang diberikan pada si Hitam. Isinyapun sama. Si Coklat masih
ragu mendekat walau si ibu sudah menyodorkan wadah plastik. Kuping Hitam dan
Coklat kembali tegak berdiri, ada suara dan aroma jahat tercium.
Sebuah sepeda motor yang dinaiki dua
orang berhenti. Yang satu turun dan berbicara sesuatu pada si ibu, tau-tau ia
menodongkan pisau.
Hitam waspada dan langsung tahu, si ibu
terancam. Tanpa berpikir panjang ia menerjang si penodong dan menggigit tangan
yang memegang pisau. Si Coklat menyalak kuat hingga ribut dan mengundang
perhatian. Pengemudi motor berusaha melarikan diri tapi truk sampah sudah
menghalangi. Si Coklat mengigit celana kaki pengemudi motor.
Petugas pengangkut sampah dan masyarakat
mengerumuni keramaian kecil. Si ibu masih syok sementara kedua laki-laki
penjahat diam tak berkutik. Dua anjing liar berjaga dengan waspada.
“Ini anjing-anjing ibu?” Tanya petugas
sampah. Si ibu diam dan memandang ke arah Hitam dan Coklat yang masih waspada.
“Ya, keduanya peliharaan saya!’ Jawab si
ibu.
“Ibu tidak apa-apa? Baiknya ibu masuk
juga ajak anjing-anjing ini agar jangan main jauh-jauh. Biarlah kedua bajingan
ini kita gelandang ke rumah pak RT.” Ujar petugas sampah sambil menendang salah
satu penjahat yang masih terduduk dan
menahan sakit pada tangan yang digigit si Hitam.
Si ibu mengucapkan terima kasih, mengangkat
kedua wadah plastik , mengajak Hitam dan Coklat masuk.
“Terima kasih, kalian sudah menjagaku!’
Ujar si ibu sambil duduk di lantai teras. Hitam dan Coklat berbaring dekat si
ibu. Coklat menyalak kecil disambut Hitam dengan menyalak juga.
“Apa kataku, masih ada manusia yang
baik!’ Ujar Si Hitam
“Kamu benar, tapi aku lapar dan sekarang
aku mau makan!’ Jawab si Coklat lalu mendekati wadah plastic yang tadi di bawa
si ibu.
“Makanlah, saya masuk dulu. Sekali lagi
terima kasih!’ Ujar si Ibu lalu meninggalkan si Hitam dan Si Coklat. Akhir Juni 2012.
No comments:
Post a Comment